Vietnam berencana meningkatkan produksi tanah jarang hingga 2020.000 ton/tahun, dengan data yang menunjukkan bahwa cadangan tanah jarang berada di urutan kedua setelah Tiongkok

Menurut rencana pemerintah, Vietnam berencana untuk meningkatkannyatanah jarangproduksi menjadi 2020.000 ton per tahun pada tahun 2030, menurut Zhitong Finance APP.

Wakil Perdana Menteri Vietnam Chen Honghe menandatangani rencana tersebut pada tanggal 18 Juli, mengatakan bahwa penambangan sembilan tambang tanah jarang di provinsi utara Laizhou, Laojie dan Anpei akan membantu meningkatkan produksi.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa Vietnam akan mengembangkan tiga hingga empat tambang baru setelah tahun 2030, dengan tujuan meningkatkan produksi bahan mentah tanah jarang menjadi 2,11 juta ton pada tahun 2050.

Tujuan dari rencana ini adalah untuk memungkinkan Vietnam mengembangkan industri pertambangan dan pengolahan tanah jarang yang tersinkronisasi dan berkelanjutan,” demikian isi dokumen tersebut.

Selain itu, menurut rencana, Vietnam akan mempertimbangkan untuk mengekspor sejumlah logam tanah jarang yang telah dimurnikan. Disebutkan, hanya perusahaan pertambangan dengan teknologi perlindungan lingkungan modern yang bisa memperoleh izin penambangan dan pengolahan, namun tidak ada penjelasan rinci.

Selain pertambangan, negara tersebut telah menyatakan bahwa mereka juga akan mencari investasi pada fasilitas pemurnian logam tanah jarang, dengan target memproduksi 20-60.000 ton oksida tanah jarang (REO) setiap tahun pada tahun 2030. Rencana tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi tahunan oksida tanah jarang. REO menjadi 40-80.000 ton pada tahun 2050.

Dapat dipahami bahwa tanah jarang (rare earth) adalah sekelompok elemen yang banyak digunakan dalam bidang manufaktur elektronik dan baterai, yang mempunyai arti penting bagi transisi global menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan dalam bidang pertahanan nasional. Menurut data Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), negara Asia Tenggara ini memiliki cadangan tanah jarang terbesar kedua di dunia, dengan perkiraan 22 juta ton, kedua setelah Tiongkok. USGS menyatakan produksi tanah jarang Vietnam melonjak dari 400 ton pada 2021 menjadi 4.300 ton pada tahun lalu.


Waktu posting: 27 Juli 2023